Selamat Jalan Om Willy

Selama bulan Juli cuti posting, alkatro mengawali posting dengan mengupas sedikit tentang jejak Si Burung Merak yang baru saja berpulang...
WS Rendra, seorang pujangga angkatan 66 yang terlahir dari pasangan bangsawan Surakarta merupakan salah satu tokoh seniman yang alkatro kagumi sejak duduk di bangku SMP karena ekspresi syair-syairnya yang menghentak, rasa bahasa lugas nan indah dipadukan dengan gaya teatrikal yang khas dan memukau.
Karya-karya WS Rendra berisikan refleksi kehidupan rakyat jelata yang terhimpit oleh keadaan dan kekuasaan, sehingga bukanlah hal yang istimewa kalau di masa Orde Baru, beliau pernah bolak-balik menginap di 'hotel prodeo' karena 'sebatang lisong'-nya membuat penguasa jadi sakit perut.
Masih teringat jelas syair pertama Om WS Rendra yang pertama Alkatro hafal adalah tentang kisah Atmo Karpo, yang menceritakan tentang pejuang tangguh yang tewas di medan perang saudara. Dari syair Atmo Karpo tersebut Alkatro sedikit memahami hakikat dari sebuah perjuangan; bahwa seorang ksatria memiliki 2
cita-cita yaitu mendapatkan kemenangan dan kematian di medan perang.

Masih adakah manusia yang berjiwa ksatria sejati di masa globalisasi sekarang ini? Entahlah.. Karena sekarang sudah tidak jelas lagi siapa yang menjadi lawan atau kawan, selain kelaparan. Masing-masing berpikir bagaimana terbebas dari masalah ekonomi karena para penguasa ternyata masih belum bisa untuk diandalkan sebagai sandaran, seperti yang pernah ditulis dalam syair Om WS Rendra yang berjudul 'Sebatang Lisong'.. Alkatro bukanlah seorang reformis ataupun nasionalis, tetapi apa yang dituliskan dalam syair tersebut adalah gambaran kenyataan yang kadang terlupakan bagi 'sebagian orang'..
Selamat Jalan Om Willy.. patah satu tumbuh seribu, semoga akan lahir ribuan Burung Merak yang akan meneruskan langkahmu..
Thanks 4 Your Time.